1. UCAPAN DAN EJAAN
Ejaan
Ejaan
merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan
keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan bentuk akan
berimplikasi pada ketepatan dan kejelasan makna. Ibarat sedang mengemudi
kendaraan, ejaan adalah rambu lalu lintas yang harus dipatuhi oleh setiap
pengemudi. Jika para pengemudi mematuhi rambu-rambu yang ada, terciptalah lalu
lintas yang tertib dan teratur. Seperti itulah kira-kira bentuk hubungan antara
pemakai bahasa dengan ejaan.
Aturan
Penulisan
A.
Huruf Kapital
Huruf
kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan
B.
Huruf Miring
Huruf
miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat
kabar yang dikutip dalam tulisan.
C.
Huruf Tebal
Huruf
tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, bab, bagian bab,
daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran.
Huruf
tebal tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, kata, atau kelompok kata; untuk keperluan itu digunakan huruf
miring.
Huruf
tebal dalam cetakan kamus dipakai untuk menuliskan lema dan sublema serta untuk
menuliskan lambang bilangan yang menyatakan polisemi.
Mengenai Penulisan Kata
A.
Kata Dasar
Kata
yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Novel
itu sangat menarik.
B.
Kata Turunan
Imbuhan
(awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
Misalnya:
Berlari, Berlatih.
C.
Bentuk Ulang
Bentuk
ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung di antara unsur-unsurnya.
Misalnya: anak-anak, mata-mata. Catatan :
Bentuk
ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur pertama saja. Misalnya:
surat kabar, surat-surat kabar.
D.
Gabungan Kata
Unsur-unsur
gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah. Misalnya: duta
besar, model linear
Gabungan
kata yang dapat menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan
menambahkan tanda hubung di antara unsur-unsurnya untuk menegaskan pertalian
unsur yang bersangkutan. Misalnya: anak-istri Ali, anak istri-Ali.
E.
Suku Kata
Pemenggalan
kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
a)
Jika di tengah kata ada huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di
antara kedua huruf vokal itu.
b)
Huruf diftong ai, au, dan oi tidak dipenggal.
c)
Jika di tengah kata dasar ada huruf konsonan (termasuk gabungan huruf konsonan)
di antara dua buah huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf konsonan
itu.
F.
Kata Depan
Kata
depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di
dalamgabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata, seperti kepada
dan daripada. (Lihat juga Bab II, Huruf D, Butir 3.)
G.
Partikel
Partikel
lah, kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Partikel
pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Partikel
per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya.
H.
Singkatan dan Akronim
Singkatan
ialah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
a)
Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan
tanda titik di belakang tiap-tiap singkatan itu.
b)
Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau
organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas gabungan huruf awal kata
ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
c)
Singkatan kata yang berupa gabungan huruf diikuti dengan tanda titik.
Singkatan
gabungan kata yang terdiri atas tiga huruf diakhiri dengan tanda titik.
I.
Angka dan Bilangan
Bilangan
dapat dinyatakan dengan angka atau kata. Angka dipakai sebagai lambang bilangan
atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Bilangan
dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan
huruf, kecuali jika bilangan itu dipakai secara berurutan seperti dalam
perincian atau paparan.
Bilangan
pada awal kalimat ditulis dengan huruf, jika lebih dari dua kata, susunan
kalimat diubah agar bilangan yang tidak dapat ditulis dengan huruf itu tidak
ada pada awal kalimat.
Angka
yang menunjukkan bilangan utuh besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah
dibaca.
Angka
digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, dan isi; (b) satuan
waktu; (c) nilai uang; dan (d) jumlah.
Angka
digunakan untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar.
Angka
digunakan untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.
Penulisan
bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
J.
Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan -nya
Kata
ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku, -mu,
dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
K.
Kata si dan sang
Kata
si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Catatan: Huruf awal
si dan sang ditulis dengan huruf kapital jika kata-kata itu diperlakukan
sebagai unsur nama diri.
Penggunaan Huruf dan Tanda Baca
a.
Tanda Titik (.)
Tanda
titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan, atau
bisa dipakai dengan pada singkatan akhir nama orang, atau pada akhir singkatan
gelar, jabatan, pangkat.
b.
Tanda Koma (,)
Tanda
koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau
pembilangan. Bisa juga untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat
setara yang berikutnya, yang didahului oleh kata seperti, tetapi,
dan melainkan. Dan bisa juga untuk memisahkan anak kalimat dari induk
kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.
c.
Tanda Titik Koma (;)
Tanda
titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang
sejenis dan setara. Dan dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di
dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
d.
Tanda Titik Dua (:)
Tanda
titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti
rangkaian atau pemerian. Dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan
pelaku dalam percakapan. Dan tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian
itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
e.
Tanda Hubung (-)
Tanda
hubung menyambung unsur-unsur kata ulang. Dapat dipakai untuk memperjelas
hubungan bagian-bagian ungkapan.
f.
Tanda Pisah (–, —)
Tanda
pisah em (—) membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberikan
penjelasan khusus di luar bangun kalimat. Tanda
pisah en (–) tidak dipakai bersama
perkataan dari dan antara, atau bersama tanda kurang (−).
g.
Tanda Elipsis (...)
Tanda
elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus, misalnya untuk
menuliskan naskah drama.
h.
Tanda Tanya (?)
Tanda
tanya dipakai pada akhir tanya. Tanda tanya dipakai di dalam
tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang
dapat dibuktikan kebenarannya.
i.
Tanda Seru (!)
Tanda
seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi
yang kuat.
j.
Tanda Kurung ((...))
Tanda
kurung mengapit keterangan atau penjelasan. Tanda kurung mengapit
keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan. Tanda
kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
k.
Tanda Kurung Siku ([...])
Tanda
kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau
tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu
menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah
asli.
l.
Tanda Petik ("...")
Tanda
petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah
atau bahan tertulis lain. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang
mengakhiri petikan langsung. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat
ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan
yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.
m.
Tanda Petik Tunggal ('...')
Tanda
petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain. Tanda
petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau
ungkapan asing.
n.
Tanda Garis Miring (/)
Tanda
garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan
penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim. Tanda garis
miring sebaiknya tidak dipakai untuk menuliskan tanda aritmetika
dasar dalam prosa. Gunakan tanda bagi ÷ . Tanda garis
miring sebaiknya tidak dipakai sebagai pengganti kata atau.
o.
Tanda Penyingkat (Apostrof)(')
Tanda
penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Sebaiknya bentuk ini tidak dipakai dalam teks prosa biasa.
2. KATA DAN PILIHAN KATA
Pengertian
Kata dan Pilihan Kata
A.
Pengertian Diksi
Pilihan kata atau Diksi adalah pemilihan kata-kata tertentu untuk dipakai dalam
kalimat, alenia, atau wacana yang sesuai dengan apa yang hendak kita ungkapkan.
Diksi atau pilihan kata dalam praktik berbahasa sesungguhnya mempersoalkan
kesanggupan sebuah kata dapat juga frasa atau kelompok kata untuk menimbulkan
gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengarnya.
Pemilihan kata mengacu pada pengertian penggunaan kata-kata tertentu yang
sengaja dipilih dan digunakan oleh pengarang. Mengingat bahwa karya fiksi
(sastra) adalah dunia dalam kata, komunikasi dilakukan dan ditafsirkan lewat
kata-kata. (Nurgiyantoro 1998:290) Pemilihan kata-kata tentunya melalui
pertimbangan-pertimbangan tertentu untuk mendapatkan efek yang dikehendaki Jika
dilihat dari kemampuan pengguna bahasa, ada beberapa hal yang mempengaruhi
pilihan kata, diantaranya :
Ketepatan
dalam pemilihan kata dalam menyampaikan suatu gagasan.
Seorang
pengarang harus mempunyai kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa
makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk
menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa bagi pembacanya.
Menguasai
berbagai macam kosakata dan mampu memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi
sebuah kalimat yang jelas, efektif dan mudah dimengerti.
B.
Syarat-Syarat Pemilihan Kata
Kata
abstrak dan kata konkret
Kata yang acuannya semakin mudah diserap panca-indra disebut kata konkret,
seperti meja, rumah, mobil, air, cantik, hangat, wangi, suara. Jika acuan
sebuah kata tidak mudah diserap panca-indra, kata itu disebut kata abstrak,
seperti gagasan dan perdamaian. Kata abstrak mampu membedakan secara halus
gagasan yang sifat teknis dan khusus. Akan tetapi, jika kata abstrak terlalu
diobral atau dihambur-hamburkan dalam suatu karangan. Karangan tersebut dapat
menjadi samar dan tidak cermat.
Sinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama,
tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada
kesamaan atau kemiripan. Kita ambil contoh cermat dan cerdik kedua kata itu
bersinonim, tetapi kedua kata tersebut tidak persis sama benar.
Kata
Ilmiah dan kata popular
Kata ilmiah merupakan kata-kata logis dari bahasa asing yang bisa diterjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia. Kata-kata ilmiah biasa digunakan oleh kaum
terpelajar, terutama dalam tulisan-tulisan ilmiah, pertemuan-pertemuan resmi,
serta diskusi-diskusi khusus. Yang membedakan antara kata ilmiah dengan kata
populer adalah bila kata populer digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Jadi,
kata-kata ilmiah digunakan pada tulisan-tulisan yang berbau pendidikan juga
terdapat pada penulisan artikel, karya tulis ilmiah, laporan ilmiah, skripsi,
tesis maupun desertasi.
Makna
Kata
Makna
Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini
adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian
yang terkandung sebuah kata secara objektif. Sering juga makna denotatif
disebut makna konseptual. Kata makan misalnya, bermakna memasukkan sesuatu
kedalam mulut, dikunyah, dan ditelan. Makna kata makan seperti ini adalah makna
denotatif. Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai
akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan
pada sebuah makna konseptual. Kata makan dalam makna konotatif dapat berarti
untung atau pukul. Makna konotatif berbeda dari zaman ke zaman. Ia tidak tetap.
Kata kamar kecil mengacu kepada kamar yang kecil (denotatif) tetapi kamar kecil
berarti juga jamban (konotatif).
Makna
Umum dan Khusus
Kata umum dibedakan dari kata khusus berdasarkan ruang-lingkupnya. Makin luas
ruang-lingkup suatu kata, maka makin umum sifatnya. Makin umum suatu kata, maka
semakin terbuka kemungkinan terjadinya salah paham dalam pemaknaannya. Makin
sempit ruang-lingkupnya, makin khusus sifatnya sehingga makin sedikit
kemungkinan terjadinya salah paham dalam pemaknaannya, dan makin mendekatkan
penulis pada pilihan kata secara tepat.
Manfaatnya
a.
Dapat membedakan secara cermat kata-kata denotatif dan konotatif, bersinonim
dan hampir bersinonim, kata-kata yang mirip dalam ejaannya.
b.
Dapat membedakan kata-kata ciptaan sendiri dan juga kata yang mengutip dari
orang yang terkenal yang belum diterima dimasyarakat. Sehingga dapat
menyebabkan kontroversi dalam masyarakat.
Struktur Leksikal
Makna
Leksikal : makna yang sesuai dengan referennya, sesuai dengan hasil
observasi alat indera / makna yg sungguh-sungguh nyata dlm kehidupan kita. Contoh:
Kata tikus, makna leksikalnya adalah binatang yang menyebabkan timbulnya
penyakit (Tikus itu mati diterkam kucing).
3. KALIMAT EFEKTIF
Pengertian Kalimat
Kalimat
adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri
dan menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang
mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam
wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut,
disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Sedangkan dalam wujud tulisan
berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda
titik (.) untuk menyatakan kalimat berita atau yang bersifat informatif, tanda
tanya (?) untuk menyatakan pertanyaan dan tanda seru (!) untuk menyatakan
kalimat perintah. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan
maupun tertulis, harus memiliki sebuah subjek (S) dan sebuah predikat (P).
Kalau tidak memiliki kedua unsur tersebut, pernyataan itu bukanlah kalimat melainkan
hanya sebuah frasa. Itulah yang membedakan frasa dengan kalimat. Di sini,
kalimat dibagi menjadi dua, yaitu:
Kalimat
Tunggal
Kalimat
tunggal adalah kalimat yang hanya mempunyai satu pola kalimat, yaitu hanya
memiliki satu subjek dan satu predikat, serta satu keterangan (jika perlu).
Kalimat
Majemuk
Kalimat
majemuk adalah kalimat yang mempunyai dua pola kalimat atau lebih. Kalimat
majemuk ini terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat. Cara membedakan anak
kalimat dan induk kalimat yaitu dengan melihat letak konjungsi. Induk kalimat
tidak memuat konjungsi di dalamnya, konjungsi hanya terdapat pada anak kalimat.
Setiap
kalimat majemuk mempunyai kata penghubung yang berbeda, sehingga jenis kalimat
tersebut dapat diketahui dengan cara melihat kata penghubung yang digunakannya.
Jenis-jenis kalimat majemuk adalah :
a.
Kalimat Majemuk Setara.
b.
Kalimat Majemuk Rapatan.
c.
Kalimat Majemuk Bertingkat.
d.
Kalimat Majemuk Campuran
Tata Cara Penggunaan Kalimat Efektif
Kalimat
efektif ditulis dengan kaidah yang benar, yaitu :
1).
Kalimat harus memiliki subjek dan predikat. kelompok kata kemudian pergi
tidur bukan kalimat efektif sebab kalimat itu tidak memiliki subjek; yang
ada hanya predikat dan keterangan. Begitu juga kebun luas yang pernah
digarapnya bertahun-tahun sampai ia beranak bercucu belum merupakan
kalimat. rangkaian itu kata sebenarnya merupakan bagian dari sebuah kalimat.
Meskipun terlihat panjang, kelompok kata itu hanya memiliki subjek
2).
Tidak boleh hanya berupa klausa bawahan. Karena telah berhasil mengerjakan
tugas dengan baik, atau bahwa dirinyalah yang dianggap paling mampu belum merupakan kalimat. Hal ini karena
kelompok kata itu hanyalah klausa bawahan.
3).
Pilihan katanya harus tepat. Kalimat ia memandang orang sakit di RSCM,
bukan kalimat efektif. Hal ini karena pilihan kata yang digunakan tidak tepat.
Seharusnya, kata yang digunakan adalah kata menjenguk,
bukanmemandang, menyaksikan, atau menonton .
Sumber Referensi :
http://duniakampus7.blogspot.co.id/2014/03/pengertian-ejaan-bahasa-indonesia.html
https://kindiboy.wordpress.com/2012/11/04/cara-penulisan-bahasa-indonesia-yang-baik-dan-benar/
https://id.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:Pedoman_penulisan_tanda_baca
https://indahpertiwi2.wordpress.com/2015/01/07/pilihan-kata-atau-diksi/
https://id.wikipedia.org/wiki/Kalimat
https://kindiboy.wordpress.com/2012/11/04/cara-penulisan-bahasa-indonesia-yang-baik-dan-benar/
https://id.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:Pedoman_penulisan_tanda_baca
https://indahpertiwi2.wordpress.com/2015/01/07/pilihan-kata-atau-diksi/
https://id.wikipedia.org/wiki/Kalimat